Orang Belanda Ini Memilih Untuk Menjadi Seorang Muslim Di Indonesia Dan Mencetak Kopassus - 5



Referensi Pihak Ketiga




Pada periode 1947-1949, sekolah yang dipimpinnya terus mencetak para pejuang militer.

Pada tahun 1949, Visser memutuskan untuk meninggalkan tentara dan memutuskan untuk menetap di Indonesia sebagai warga sipil.

Walaupun keputusan ini memiliki risiko tinggi, karena pada saat itu kebencian dan anti-Belanda terintegrasi dengan kuat ke dalam seluruh rakyat Indonesia.

Meskipun Visser memiliki busur merah, masih belum ada yang bisa menjamin keselamatan mantan perwira kolonial di bekas jajahan ini.

Tapi dia tidak takut. Dia memilih untuk menetap di sebuah pertanian di daerah Lembang, Bandung.

Di daerah yang dingin ini, ia memulai fase kedua dalam hidupnya, memutuskan untuk memeluk Islam dan menikahi kekasihnya, seorang wanita Sunda.

Sejak itu, Visser dikenal sebagai Mochammad Idjon Djanbi.

Perintah cetak

Suatu hari, pada tahun 1951, rumah Idjon Djanbi tiba di seorang perwira muda. Tamu itu memperkenalkan dirinya sebagai Letnan Dua Aloysius Sugianto dari Markas Besar Angkatan Darat (MBAD).

Dalam pertemuan itu, Idjon Djanbi diminta sebagai satu-satunya pelatih untuk melatih dalam pendidikan CIC II (Inteligen Combat Course) di Cilendek, Bogor.

Tidak mudah membujuknya, karena dia hidup tenang di pedesaan sebagai petani bunga.

Letnan Sugianto memiliki sumber daya yang tidak sedikit, ia harus menghabiskan dua atau dua malam di sana.

Upaya itu tidak sia-sia karena, akhirnya, Idjon Djanbi bersedia sebagai instruktur sipil selama periode pendidikan tiga bulan.

Setelah pendidikan CIC II, Idjon Djanbi kembali ke profesi sebelumnya.

Pada 2 November 1951, Kolonel Kawilarang menerima tugas baru sebagai Panglima Angkatan Darat dan Wilayah III / Siliwangi, Jawa Barat.

Kawilarang ingin mewujudkan cita-cita sahabatnya, Letnan Kolonel Slamet Rijadi untuk dilatih.

Pasukan khusus semakin dibutuhkan untuk mengatasi melemahnya DII / TII yang dipimpin oleh Kartosowiryo di wilayah Jawa yang semakin barat.

Gagasan ini sulit terwujud tanpa menemukan pelatih yang berkualifikasi yang bertanggung jawab.

Akhirnya, Kawilarang memperoleh informasi tentang Idjon Djanbi.

Kemudian ia memanggil mantan asistennya Letda Sugiyanto, yang telah dididik oleh Idjon Djanbi.

Pada 1 April 1952, dengan keputusan Menteri Pertahanan Sri Sultan Hamengkubuwono IX, ia memutuskan bahwa Idjon Djanbi dinamai AD infanteri utama TNI dengan NRP 17665.

Dia kemudian memberi tahu Kolonel Kawilarang sebagai Komandan Komando Angkatan Darat dan Terirorium III / Siliwangi untuk menerima tugas itu.

Komandan (id) Idjon Djanbi segera melatih kader perwira dan perwira yang tidak ditugaskan untuk membentuk pasukan khusus.

Begitulah kisahnya.


Sumber Lengkap:
jambi.tribunnews.com/amp/2019/05/05/pria-belanda-ini-ogah-balik-ke-negaranya-pilih-jadi-mualaf-di-indonesia-cetak-pasukan-khusus-tni?page=4

No comments:

10 Coretan di Dinding yang Tulisannya Lucu Parah

1. Tolong kembalikan 5 detikku yang terbuang percuma :(   2. Nah yang elo lakuin itu apa abdul?? Selanjutnya ...